Jejak Islam dan Al-Qur’an: Membumikan Al-Qur’an

MEMBUMIKAN AL-QURAN

Bahkan di dalam sebuah Hadis Kitab Shahih al-jami’ ash-Shagir, Nabi SAW menyatakan, “ Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. “ Para sahabat bertanya, “Hai  Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Ahli Al-Quran. Mereka adalah keluarga Allah SWT dan orang-orang dekat-Nya.” (HR Ahamd dan An-Nasa’i)

 

Masih tentang Keutamaan Al-Quran, banyak gadis yang mendorong agar umat Islam menghafal dan membaguskan bacaan Al-Quran. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah SAW, ”Orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Quran sedikitpun adalah laksana rumah kumuh yang mau runtuh.”(HR. Tirmidzi). Dalam kaitannya dengan tilawah, rasulullah SAW bersabda, “Perindahlah Al-Quran dengan suara kalian.(HR Ibnu Hibban). Bahkan dalam hal ini Nabi SAW mengingatkan, “Tidak termasuk golongan kami yang tidak membaca Al-Quran dengan melagukannya.”(HR Muslim).

 

Demikianlah, Al-Quran tidak hanya memiliki pesona dari sisi estetika (seni), namun dari aspek kandungannya ia memiliki mukjizat yang sangat luar biasa. Mukjizat tersebut setidaknya, menurut Quraish Shihab, mengandung tiga (3) aspek. Pertama, Aspek kebahasaan; Kedua, Aspek Pemberitaan Gaib seperti Kisah Ashabul Kahfi, Jasad Fir’aun, Kaum Tsamud dan Ad; ketiga aspek isyarat ilmiah seperti ayat-ayat yang terkait tentang rotasi bumi, reproduksi manusia, penciptaan alam semesta dan lain-lain.

 

Melalui berbagai cabang lomba yang dipertandingkan dalam MTQ, antara lain tilawah, tahfizh, tafsir, khat, fahmil dan syarhil, Pesona dan keagungan Al-Quran betul-betul tergambar secara utuh. Al-Quran tidak cukup hanya dijadikan hiasan serta dipandang, namun hendaknya ia selalu  dibaca, dikaji, direnungkan serta dibumikan dalam keseharian umat Islam.

Kita patut berbangga dan berbesar hati bahwa Al-Quran masih terjaga melalui para qori, hafizh, mufassir dan para santri TKA/ TPA. Namun upaya membumikan atau memasyarakatkan Al-Quran tidak cukup hanya melalui bacaan dan pengajian mingguan. Lebih jauh Al-Quran sendiri mengajak kepada para pembacanya untuk mengkaji sekaligus mengaktulisasikan pesan dan ajaran Al-Quran dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Jika Al-Quran hanya dijadikan hiasan dan sekedar lantunan dakam perlombaan, maka sesungguhnya kita telah termasuk ke dalam golongan yang disinyalir oleh Rasulullah:          “Akan datang pada manusia suatu masa, ketika itu Islam hanya tersisa kecuali namanya, dan Alquran hanya tinggal kecuali tulisannya, masjid-masjid megah namun kosong dari petunjuk, ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di bawah langit, karena dari mereka timbul beberapa bencana dan bencana tersebut akan kembali kepada mereka (HR Baihaqi dari imam Ali RA dalam Syu’abul Iman)

 

Hadis tersebut mengingatkan bahwa boleh jadi orang muslim menjadi umat mayoritas secara kuantitas namun hanya sekedar symbol alias “Islam KTP”, belum menunjukkan kualitas yang membanggakan.  Adapun salah satu maksud dari sabda Nabi di atas yang menyatakan  bahwa “Al-Quran hanya tinggal tulisan” adalah bahwa boleh jadi semakin banyak para penghafal Al-Quran maupun qori, namun semuanya hanya sekedar lantunan dalam perlombaan dan bacaan dalam ritual keagamaan. Sementara pesan dan ajarannya dikesampingkan bahkan ditinggalkan. Semoga Al-Quran semakin membumi dan memasyarakat dalam kehidupan kita, persis seperti slogan “memasyarakatkan Al-Quran dan mengQurankan masyarakat.”.