Bulan Ramadhan, Sahabat Al-Qur’an

Bulan Ramadhan, Sahabat Al-Qur'an

SAHABAT AL-QUR’AN
Akhmad Supriadi

 

Suara lantunan ayat suci menggema di mana-mana di bulan Ramadhan ini. Orang tua, dewasa, anak-anak dan remaja berlomba menggaungkan kalam suci usai tarawih dan shalat lima waktu. Bahkan tidak sedikit yang  mengkhatamkannya secara berjamaah di akhir Ramadhan. Al-Quran bagi umat Islam memang punya sejuta makna dan pesona. Beragam cara dan motivasi lahir tatkala membaca dan mempelajarinya. Ada yang  ingin meraup janji pahala, ada pula yang termotivasi untuk menjadi juara di ajang kompetisi MTQ melalui kemampuan menghafal dan melantunkannya dengan suara yang merdu melalui beragam irama. Bahkan tidak sedikit yang mentadabburi dan mencoba menggali pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

 

Bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an (Syahr al-Quran). Hal ini tidak hanya karena ia diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan, namun karena intensitas umat Islam yang membacanya di bulan Ramadhan. Ia diturunkan pertama kali di bulan ini sebagai petunjuk bagi umat manusia tepat pada 17 Ramadhan (Nuzul al-Quran) : “Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda..” (QS. al-Baqarah [2]” 185).  Sangatlah tepat jika bulan Ramadhan dijadikan sebagai starting time bagi kita semua untuk kembali bermesraan dan mengakrabkan diri dengan al-Qur’an, baik dengan membaca, memahami hingga mengamalkan kandungannya sebagai wujud kesempurnaan dari persahabatan seorang mukmin dengan al-Quran sebagai pedoman di semua zaman.

 

Begitu banyak manfaat, pahala dan keutamaan yang didapat seorang muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat dalam kehidupan sehari hari. Apa saja keutamaan dan manfaatnya? Pertama, al-Quran kelak akan menjadi penolong dan penyelamat bagi orang-orang yang gemar melantunkannya (syafi’an li ashabih), sebagaimana janji Nabi saw.: “Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan menjadi syafa’at atau penolong bagi yang bersahabat dengannnya.” (HR.Muslim).  kata syafi’an li ashabih tersebut memiliki makna antara lain orang yang gemar membacanya.

 

Kedua, orang-orang yang selalu membaca dan menghafal al-Qur’an mendapat gelar kehormatan sebagai “keluarga Allah dan orang-orang dekat-Nya”, sebagaimana penegasan Rasulullah saw. “Allah memiliki keluarga  dari kalangan manusia”. Para sahabat bertanya: ‘Hai Rasulullah, siapakah mereka?’ Nabi menjawab: ‘ mereka adalah ahli al-Qur’an dan orang-orang dekat-Nya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim)